Oleh Muhammad Zaenal Habibi
Mahasiswa PAI STAINU Temanggung
Sebenarnya GadGet itu hanyalah barang yang bermacam-macam bentuknya,
mengapa disebut setan gepeng? Esensinya setan gepeng pada GadGet bukan terletak pada
fisik tapi terletak pada cara penggunaannya ! ini berlaku tidak hanya pada anak
– anak saja, tetapi berlaku pada siapa saja yang menggunakannya, baik dari
golongan Kyai, Santri, Pejabat, Masyarakat bahkan orang Umum. Karena pada dasarnya Setan itu mengajak
manusia untuk inkar dan berlaku maksiat, dimana perbuatan tersebut perkara yang
dilarang oleh Allah. Makanya jika dalam penggunaan GadGet itu salah, digunakan
untuk maksiat maka itu perbuatan setan, Setan berupa GadGet, dimana GadGet itu
bentuknya Gepeng maka pada umumnya termasuk dalam pesantren HP/GetGed itu
disebut “Setan Gepeng”
GadGet ini termasuk pada zaman Digital, zaman Modern dimana zaman sudah
banyak perubahan dalam kehidupannya, mulai dari pekerjaan, pendidikan, politik
dan lain-lain, dan semuanya dapat berjalan dengan tanpa menghabiskan waktu yang
telalu banyak, contoh dalam menghitung laporan keuangan dengan alatt digital
maka akan lebih cepat dan tepat. Pendidikan, siswa dapat lebih luas mencari
berita, pelajaran dalam Internet dan dapat mencari pengalaman yang lebih luas
disana, selain itu masih banyak lagi keuntungan-keuntungan yang didapat di Era
Gigital. Aplikasi-aplikasi onlone yang saat ini juga dapat digunakan untuk
belajar seperti: Email, WA, IG dan IG aplikasi ini digunakan belajar saat
kemarin pada masa pandemic, mungkin sebelum pandemic aplikasi ini hanya untuk
berkomunikasi, mainan dan lain sebagainya. Dominan hanya untuk berkomunikasi
bukan untuk belajar pada pembelajaran formal.
Pembelajaran di masa Pandemi Covid-19
Pembelajaran dimasa pandemic ini sangat berbeda dengan pembelajaran
sebelum pandemi, dimana masa pendemi ini lebih memanfaatkan teknologi untuk belajar karena pembelajaran untuk
sementara tidak tatap muka akan tetapi dengan DARING, karena keadaan yang
mengharuskan pembelajaran dengan model daring. dari sini terbukti bahwa
teknologi saat ini memang dibutuhkan pada masa ini, bahkan sudah penjadi kebutuhan primer bukan
lagi sekunder, pembelajaran daring mengharuskan anak membawa Gadget, dengan
demikian orang tua mencapai 80% peran terhadap anak-anak didik, sedangkan Guru
20 % peran terhadap anak-anak didik, karena waktu anak lebih banyak bersama
orang tua.
Gadget berubah menjadi “Setan Gepeng” selain dampak positif anak
mengetahui gadget disisi lain juga berdampak Negatif, ternyata, dengan banyak
waktu anak memegang HP ini akan memicu anak menjadi ketagihan, yang terjadi
rasa keinginan anak untyuk memegang HP sangat besar, Hati-hati jika sekali
orang tua lena/lalai dalam mengawasi anak dan membiarkan anak terlalu banyak
waktu dalam memegang HP ujung-ujungnya, jika disuruh untuk belajar atau yang
lainnya, maka anak itu akan susah jika tidak dituruti keinginannya untuk
memegang HP yang digunakan untuk bermain Game Online.
Sebenarnya Gadget itu kalau dilihat dati bentuknya itu bukan setan
gepeng, mana ada setan dapat dilihat oleh panca indra biasa, karena
sifat-sifatnya yang menyerupai setan maka HP itu dapat disebut setan gepeng.
Pada dasarnya setan itu selalu mengajak manusia ke dalam kesesatan, melalaikan
kewajiban, terlena dalam perkara dunia itulah salah satu sifat-sifat setan,
kalau kita bandingkan dengan HP maka ini hamper sama, Hp itu membuat orang lupa
diri, karena terlalu mencintai permainan dalam HP, Hp Itu dapat melalikan
kewajiban-kewajiban kita karena asyik dalam bermain geme online atau yang
lainnya. Padahal dalam islam sudah mengajarkan bahwa melakukan segala sesuatu
dengan berlebihan, keterlaluan atau Over
itu tidak baik, karena biasanya sifat yang berlebihan itu melalaikan,
berlebihan dalam perkara baik itu saja tidak boleh apa lagi perkara yang tidak
baik. Siapa bilang orang lapar makan tidak baik? Tetapi jika makannya
berlebihan itu akan manjadi tidak baik.
Sekarang ini banyak sekali anak dibawah umur sama kedua orang tuanya
sudah mulai dipegangi HP, menurut saya itu boleh-boleh saja hak masing-masing
orang tua, akan tetapi pentingnya orang tua untuk mempertimbang-timbangkan
masalah madhorot dan manfaatnya, baik itu psikis maupun fisik, karena esensinya
anak dibawah umur itu adalah bagaikan kertas putih jadinya
kertas tersebut mau jadi apa, itu tergantung yang memiliki kertas putih
tersebut kira-kira mau dibuat apa dan dibuat bagaimana, begitu juga dengan
anak” kepengasuhan anak pada usia –usia ini akan mempengaruhi karakter anak
pada masa dewasanya, makadari itu sebagi orang tua dalam memberikan sesuatu
pada anak itu jangan melihat satu sisi, harus melihat madhorot dan manfaatnya,
keinginan atau kebutuhan. Maaf bukan berarti kita menghilangkan yang keinginan
dan madhorotnya akan tetapi kita mengurangi dengan tetap mengawasi karena
seusia ini anak belum mengenal apa itu madhorot, manfaat, kebutuhan dan keinginan?
Tahunya anak ‘ya’ apa yang dia lihat kemudia suka ya itu yang dia
inginkan. Alasan orang tua memberikan anak mainan HP agar anak tidak menangis,
agar tidak mengganggu karena sibuk kerja, hal ini sering terjadi dilakukan oleh
orang tua, orang tua cuek tidak mau tahu akibat dari semua itu yang lebih parah
lagi demi keinginan orang tua supaya tidak diganggu oleh anak, kemudia anak
dikasih HP dibukakan youtube atau game,
dalam ilmu psikologi hal yang seperti
ini itu tidak baik untuk anak dan ini akan mengganggu pertumbukan anak secara
spikis (mental dan jiwa anak). Seperti yang sudah katakana diatas itu semua
boleh akan tetapi orang tua harus memanaj waktu (mengatur waktu) kapan saatnya
bermain, belajar dan lain-lain.
Efek belajar daring, orang tua pusing karena pelajarannya susah, karena
tidak sabar untuk mengajari, karena orang tua tidak tahu dengan alasan orang
tuanya dulu tidak sekolah, akhirnya anak dibiarkan bermain HP tanpa kurang pengawasan, bahkan orang tua
cuek pada anaknya. Kalu dipikir-pikir orang tua macam apa? Orang tua yang
seperti itu ! kalau alas an orang tua tidak tahu karena tidak sekolah, yak an
bisa minta tolong sama tetangga, tinggal nanti orang memberi ongkos pada orang
yang dimintai tolong, kalau malas untuk mengajari itu nama orang tua yang tidak
tanggung jawab, orang tua yang kurang perhatian. Padahal pada dewasanya anak
sukses dan tidak sukses orang tua juga akan merasakannya dan mendapat
hikmahnya. Hai orang tua jika anak kamu sukses
kamu bangga tidak? Jika anakmu jadi orang kaya kamu bangga tidak?
Bagaimana jika anakmu itu tidak sukses alias gagal, kamu bangga tidak? Kayak
gitu kamu biarkan anak kamu bermain HP tan pa dipantau, belajar tanpa kamu
damping. Jika seperti anak akan tumbuh dewasa dengan karakter yang jelek, siapa
yang rugi? Bukan Cuma anaknya, tapi
orang tua, masyarakat dan lingkungan sekitar karena merasa dirugikan dengan
karakter anak yang tumbuh dengan karakter yang tidak baik. Mungkin kalau
didunia bisa diperbaiki dan bisa dimaafkan, akan tetapi jika diakhirat, niscaya
kamu tidak bisa berbuat apa-apa, hanya akan merasakan penyesalan yang sepanjang
masa.
Sebaiknya orang tua, masyarakat
dalam mendidik anak-anak kecil harus seimbang anatara pendidikan ukhrowi
dan duniawi, karena anak-anak kita adalah titipan dari allah dan menjadi ladang
amal jariyah para orang tua dan masyarakat yang akan membantu mengurangi siksa
kita di akhirat, akan tetapi jika kita sebagai orang tua tidak pedulikan
ank-anak kita, nantinya kita sendiri yang akan merugi dan kita akan diminta
pertanggung jawaban dihadapan Allah di akhirat kelak.
Di era New Normal
Setelah masa pandemic usai kita sekarang sudah memasuki masa New
Normal, dimana presiden jikowi sedang memprogramkan untuk vaksin, dengan
diawali presiden di vaksin pada rabu(13/1)
ini adalah awal dimulainya vaksinasi di indonesia, adapun tujuan
vaksinasi itu sendiri adalah untyk membentu kekebalan imun yang ada dalam tubuh
kita, supaya tidak mudah terkena penyakit, dan tubuh kita kebal akan covid,
bukan begitu kan? Jadi intinya vaksin itu kebutuhan tubuh kita secara fisik.
Akan tetapi bagaimana dengan psikis/ jiwa apakah juga memerlukan vaksinasi
jiwa? Maka saya mengatakan jika hukumnya vaksinasi covid hukum nya sunnah, maka
vaksinasi jiwa hukumnya wajib. Aplah arti jiwa ini jika tubuh kita sehat, kebal
akan penyakit covid sementara jiwa kita sakit, tidak sehat, hati kita kotor !
bagaimana cara vaksinasi hati? Kuncinya kita selalu ingat mati, karena dengan
mengingat mati tentunya kita akan selalu ingat bahwa hidup dan mati hanya milik
Allah dengan demikian kita akan selalu berbuat baik, istiqomah dalam melakukan
beramal sholeh, menjalankan dan mengamalkan syari’at islam, sabar dalam
menjalankan dan menjauhi larangan Allah (Takwa)
Vaksinasi Hati
Vaksinasi Hati bukan hanya dilakukan orang-orang tertentu akan tetapi
semua orang baik di kalangan anak-anak, dewasa, orang tua. Dalam melakukan
vaksinasi Hati itu mempunyai tingkatan masing-masing disetiap jenjang. Jenjang
anak-anak misal dengan memberikan pendidikan yang baik kepada anak, baik
ukhrowi maupun duniawi, ditambah lagi dengan mengadakan semacam kegiatan
anak-anak yang bernuansa Isami. Vaksinasi Hati jenjang dewasa, dengan cara
mengadakan organisasi yang bernuansa Islam seperti IPNU , IPPNU dan lain-lain.
Vaksinasi Hati orang tua, dengan cara mengadakan pengajian rutinan, dengan ikut
Thoriqoh.
Saudara-saudaraku setan yang besar yang yangganggu pada anak-anak kita
adalah terletak pada GadGet (Setan Gepeng), maka dari itu tak henti-hentinya,
dan panpantang putus asa dalam mendidik anak kita yang sesuai Syari’at Islam
maka dari itu perlu kita bersama-sama menciptakan vaksinasi Hati pada anak-anak
kita, supaya menjadi anak yang sholih dan sholihah, Amiiinnn…..!
Tambahkan Komentar