Mahasiswa STAINU Temanggung
Masuknya Islam ke Indonesia dimulai dari daerah pesisir seperti Pasai,
Gresik, Goa, talo, Cirebon, Banten dan Demak. Hal ini terjadi karena pelabuhan
sebagai pusat perdagangan dan interaksi antar kawasan realitas ini mencerminkan
bahwa masyarakat Islam periode awal adalah masyarakat kosmopolit. Sebagaiman
Islam didaerah lain, Islam di Jawa juga berangkat dari daerah pesisir. Proses
pergeseran menuju pedalaman, ditengarai oleh Kuntowijoyo sebagai pergeseran
Islam kosmopolit menuju Islam agraris dan Islam yang mistik.
Sebagai pendapat ada empat hal
disampaikan histiografi tradisional. Pertama, Islam di Nusantara dibawa
langsung dari Tanah Arab. Kedua, Islam diperkenalkan oleh para guru atau juru
dakwah profesional. Ketiga, orang-orang yang pertama kali masuk Islam adalah
penguasa. Keempat, sebagaian besar para juru dakwah profesional datang di Nusantara
pada abad ke-12 dan ke-13
Melihat proses masuknya Islam di Indonesia dari perspektif perkembangan
nampaknya dapat dikompromikan bahwa Islam di Jawa mengalami tiga tahap.
Pertama, masa awal masuknya Islam ke Wilayah Indonesia terjadi pada abad VII M.
Kedua, masa penyebaran keberbagai pelosok dilaksanakan pada abad VII sampai
XIII M. Ketiga, masa perkembangan yang terjadi mulai abad XIII M dan
seterusnya. Sedangkan sejarah Jawa akhir abad ke 15 hingga awal abad ke 16
mempunyai arti penting bagi perkembangan Islam. Setidaknya hal ini bisa dilihat
dari dua sisi. Pertama, sebagai masa peralihan dari sistem politik HinduBudha
yang berpusat dipedalaman Jawa Timur ke sistem sosial politik Islam yang
berpusat di pesisir utara Jawa tengah. Kedua, sebagai puncak islamisasi di Jawa
yang dilakukan oleh para wali.
Walisongo pada masa pelembagaan Islam menggunakan beberapa tahapan,
yaitu pertama mendirikan masjid. Dalam proses penyebaran Islam masjid tidak
hanya berfungsi untuk tempat beribadah tetapi juga tempat pengajian, dan dari
majidlah proses penyebaran Islam di mulai. Masa-masa awal proses islamisasi,
masjid menjadi tempat ritual, masjid juga sebagai pusat tumbuh dan
berkembangnya kebudayaan Islam. Di dalam masjid segala aktifitas pengembangan
Islam berlangsung. Banyak masjid yang diyakini sebagai peninggalan Wali dan
dinamakan Wali yang bersangkutan. Seperti masjid yang didirikan oleh Raden
Rahmat yang diberi nama Laqab sebagaimana tradisi Timur Tengah – Sunan Ampel,
sehingga masjidnya dinamakan Masjid Ampel, masjid Giri didirikan oleh Sunan
Giri, Masjid Drajat yang didirikan oleh Sunan Drajat dan sebagainya.
Seperti yang telah di jelaskan di atas bahwa peran walisongo di pulau
jawa kususnya sebagai penyebar agama islam, datangnya walisongo ke jawa
pastinya berperan yang sangat besar dalam kemajuan islam nusantara. Tidak hanya
mengaji dan mengaji namun dengan pendekatan yang tidak meningalkan tradisi
sebelumya pada waktu itu mereka hanya merubah sedikit tradisi yang sekiranya
kurang baik ke lebih baik lagi. Mislnya dalam tradisi sadrana pada zaman dulu
orang-orang jawa mengunakan ingkung manusia untuk memeriahan acara sadranan
ini.
Madang geden kata milenialis yang tengah viral di kalangan masyarakan
kini. Madang geden ini adalah suatu kegiatan remaja milenialis makan-makan
bersama teman akrabnya. Madang geden ala walisongo yang di maksud adalah acara
sadranan. Seperti yang kita tahu Salah
satu yang khas dan pasti ada di setiap Nyadran, adalah acara makan bersama .
Prosesi ini menjadi salah satu yang ditunggu oleh warga. Setiap keluarga
membawa masakan hasil bumi. tradisi ini adalah hasil akulturasi budaya Jawa
dengan Islam. Kata Nyadran berasal dari kata 'Sraddha' yang bermakna keyakinan.
Masyarakat yang melakukan tradisi Nyadran
percaya, membersihkan makam adalah simbol dari pembersihan diri menjelang Bulan
Suci. Kerukunan serta hangatnya persaudaraan sangat terasa setiap kali tradisi
Nyadran berlangsung. Tujuan Nyadran mengajarkan untuk mengenang dan mengenal
para leluhur, silsilah keluarga, serta memetik ajaran baik dari para pendahulu.
Seperti pepatah Jawa kuno yang mengatakan "Mikul
dhuwur mendem jero" yang kurang lebih memiliki makna
“ajaran-ajaran yang baik kita junjung tinggi, yang dianggap kurang baik kita
tanam-dalam".
Tambahkan Komentar