Oleh : Ayu Nurhidayah
Mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah INISNU Temanggung
Wong njero adalah dua kata yang berasal dari bahasa Jawa, wong yang berarti orang dan njero
yang berarti dalam. Jika digabungkan kata wong
njero berarti orang dalam. Di artikel kali ini konteks orang dalam yang
saya ambil adalah orang-orang dalam yang berada di sebuah dunia kerja, pekerjaan, perusahaan, lembaga, instansi dan
lainnya.
Ketika
seseorang terjun kedalam sebuah ruang lingkup kerja tidak akan asing dengan
julukan wong njero "orang dalam" disebuah
tempat kerjanya. Ya, bisa ditarik kesimpulan bahwa rata-rata setiap bidang
kerja memiliki orang dalam. Nah kebanyakan orang dalam ini bergerak saat ada
pihak luar perusahaan yang meminta sebuah perkejaan di perusahaan tersebut,
atau dengan tujuan tertentu agar memudahkan untuk mencapai tujuan orang luar.
Tindakan seperti ini lebih jelasnya dapat dikatakan kegiatan "suap menyuap",
karena pihak A (pihak luar perusahaan) meminta bantuan pihak B (pihak dalam
perusahaan), untuk ikut bercampur tangan
dalam meraih suatu tujuan dengan mudah dan tidak sesuai dengan ketentuan
perusahaan yang berlaku, lalu pihak A memberikan upah kepada pihak B atas keberhasilan
penyampaian tujuan yang diinginkan pihak B tanpa susah payah. Fenomena ini
sungguh tidak etis bahkan sangat
kotor di dunia pekerjaan, tetapi sangat lumrah dan mudah ditemui. Hal ini
menunjukkan kurang baiknya sumber daya manusia yang ada, mirisnya dalam keadaan
ini uang menjadi lebih berharga ketimbang akhlak manusia. Hal ini paling sering
di temukan saat pelamaran kerja. Banyaknya orang yang menginginkan perkejaan
menjadikan banyak persaingan hingga mengakibatkan orang menggunakan langkah
suap kepada orang dalam. Ditambah adanya pandemi, yang menyebabkan kerugian
banyak pihak. Terkhususnya bagi para
karyawan, tidak sedikit yang mengalami PHK kehilangan pekerjaan hingga
kehilangan mata pencaharian. Dikondisi susah ini memunculkan banyak orang yang
nekat melakukan banyak hal untuk bisa mendapatkan pekerjaan agar dapat
menghasilkan uang. Tetapi juga masih banyak orang yang mengandalkan kekuatan, dan
memaksimalkan usahanya dalam pelamaran kerja secara bersih. Sungguh tidak adil
bagi orang dengan bantuan wong njero
yang bisa masuk dengan lebih mudah, padahal ada orang yang berjuang bersusah
payah untuk mencapai tujuan yang sama.
Ini
adalah hal kecil yang salah tapi sudah terjadi dan ditemui di jaman dulu,
sehingga dapat di katakan sebagai salah satu kebiasaan yang buruk di
masyarakat. Saat ini memang sangat dibutuhkan lebih dalam perencanaan,
pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia di Indonesia. Tidak hanya
pelatihan-pelatihan tapi juga dilakukan pengawasan dan evaluasi dari setiap
kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Jika
membahas tentang dunia industri, Indonesia masuk jauh dari negara yang sudah
maju. Di negara maju sudah sangat moderen sebagian besar kegiatan perusahaan
dilakukan oleh mesin, dan manusia hanya menjalankan mesin yang ada. Jika kita
bandingkan di Indonesia, menurut saya Indonesia belum siap terhadap perubahan
kegiatan industri yang digantikan oleh mesin. Dikarenakan masih banyak sekali
pengangguran, masyarakat yang membutuhkan pekerjaan dan sumber daya manusia
yang belum maksimal. Pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia secara
internal juga penting. Pengembangan sumber daya manusia secara internal berarti
penataan akhlak dan moral, agar sumber daya manusia di Indonesia baik secara
keseluruhan. Sehingga ketika sumber daya manusia baik secara lahir batin,
kemungkinan tidak akan ditemui lagi kecurangan dalam sebuah perusahaan. Dengan
penanaman akhlak dan moral menjadikan sumber daya manusia jauh dari perbuatan
yang tidak baik dan perbuatan yang dapat merugikan banyak pihak terkhususnya
bagi diri sendiri. Memang ini adalah sebuah tantangan yang cukup sulit
dikondisi pandemi saat ini, pemerintah sedang fokus terhadap kesehatan dan
perekonomian masyarakat agar tetap jalan walapun belum bisa pulih seperti
sebelum adanya pandemi. Dikondisi seperti ini, kita jangan hanya mengandalkan
pemerintah, tetapi juga harus mengandalkan diri sendiri. Ya dimulai dari diri
sendiri, dengan menyisakan diri sebagai penerus dan penggerak perekonomian di
Indonesia, karena kita ada penerus bangsa Indonesia dan menjadi salah satu
kekayaan yang Indonesia miliki yaitu sumber daya manusia. Mari hilangkan budaya
suap menyuap dari hal kecil dan dari diri sendiri.
Tambahkan Komentar