Oleh Dr. H. Muh. Baehaqi, M.M.

Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari, sosok yang menjadi pionir utama dalam pendirian Nahdlatul Ulama (NU), tidak hanya meninggalkan warisan organisasional yang besar, tetapi juga sebuah revolusi pemikiran yang mendalam dalam tradisi keislaman di Indonesia. Pemikirannya tidak hanya membentuk NU sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, tetapi juga memberikan fondasi kritis yang mempengaruhi arah dan visi keislaman moderat di negara ini.

 

KH Hasyim Asy'ari lahir pada tahun 1871 di Desa Gedang, Jombang, Jawa Timur. Selain dikenal sebagai pendiri NU, beliau juga pahlawan nasional. Dari usia muda, dia menunjukkan bakat intelektual yang luar biasa dalam bidang keislaman. Ayahnya sendiri, KH Asy'ari, seorang ulama terkemuka pada zamannya, memberikan pendidikan yang kuat dan mendalam kepada Hasyim Asy'ari dalam ilmu agama Islam. Pendidikan formalnya dimulai di pesantren lokal, dan kemudian beliau melanjutkan studi di Makkah, pusat ilmu pengetahuan Islam pada saat itu.

 

KH Hasyim Asy'ari adalah seorang ulama besar Indonesia yang lahir pada tanggal 14 Februari April 1871 di desa Gedang, Jombang, Jawa Timur. Beliau dikenal sebagai pendiri Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia yang didirikan pada tahun 1926. KH Hasyim Asy'ari tumbuh dalam keluarga ulama yang mempunyai tradisi keagamaan yang kuat. Ayahnya, KH Asy'ari, juga seorang ulama terkemuka pada zamannya, memberikan pendidikan awal yang mendalam dalam ilmu agama Islam kepada Hasyim Asy'ari.

 

Setelah menyelesaikan pendidikan awalnya di pesantren lokal, KH Hasyim Asy'ari melanjutkan studinya ke Makkah, Arab Saudi, yang pada saat itu merupakan pusat pembelajaran Islam yang terkemuka. Di Makkah, beliau belajar di bawah bimbingan ulama-ulama besar dan mendalami berbagai disiplin ilmu agama Islam.

 

KH Hasyim Asy'ari kembali ke Indonesia dengan visi untuk membawa perubahan dalam pendidikan dan kehidupan keagamaan. Bersama dengan beberapa ulama dan tokoh masyarakat lainnya, beliau mendirikan Nahdlatul Ulama sebagai respons terhadap tantangan zaman yang dipenuhi dengan kolonialisme dan modernitas. NU didirikan sebagai wadah untuk mempertahankan nilai-nilai Islam yang otentik sambil tetap membuka diri terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

 

Selain sebagai pendiri NU, KH Hasyim Asy'ari juga dikenal sebagai seorang pemikir dan pemimpin keagamaan yang kharismatik. Beliau berjuang untuk kesatuan umat Islam Indonesia dan memperjuangkan nilai-nilai keadilan sosial serta keberagaman dalam bingkai keislaman yang moderat dan toleran.

 

Warisan pemikiran KH Hasyim Asy'ari terus hidup melalui pengaruh NU yang tetap kuat hingga saat ini. Beliau meninggal pada tanggal 25 Juli 1947 di kediamannya di Jombang, Jawa Timur, namun kontribusi dan pengaruhnya terhadap perkembangan Islam di Indonesia terus dihargai dan dihormati.

 

Pemikiran Kritis dalam Konteks Kolonialisme dan Modernisasi

Pemikiran KH Hasyim Asy'ari berkembang dalam konteks zaman yang dipenuhi dengan tantangan kolonialisme dan modernisasi. Beliau melihat perlunya menjaga keutuhan ajaran Islam tradisional sambil beradaptasi dengan perubahan zaman. Kontribusinya terhadap pemikiran keislaman terfokus pada penekanan terhadap penguatan identitas keislaman yang kokoh dan toleran, sambil tetap membuka diri terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

 

 

Pendirian Nahdlatul Ulama pada tahun 1926 menjadi tonggak penting dalam perjalanan pemikiran dan gerakan keagamaan di Indonesia. KH Hasyim Asy'ari bersama para ulama dan tokoh masyarakat lainnya membentuk NU sebagai wadah untuk mempertahankan nilai-nilai Islam yang otentik dan sebagai bentuk perlawanan terhadap hegemoni budaya Barat serta modernitas yang serba materialistis. NU tidak hanya menjadi pusat pendidikan keislaman, tetapi juga wadah sosial-politik yang aktif dalam memperjuangkan keadilan sosial dan keagamaan di Indonesia.

 

Warisan dan Pengaruh

Warisan pemikiran KH Hasyim Asy'ari terus hidup melalui NU, yang masih menjadi kekuatan besar dalam kehidupan keagamaan dan sosial di Indonesia saat ini. Fondasi kritis yang diletakkan oleh beliau dalam pendirian NU tidak hanya mempengaruhi organisasi itu sendiri, tetapi juga menyebarkan pengaruhnya dalam mengembangkan pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan budaya di masyarakat. Pemikiran beliau tentang toleransi, kesederhanaan, dan kesatuan umat Islam tetap relevan dalam menghadapi tantangan zaman modern yang kompleks.

 

KH Hasyim Asy'ari adalah figur yang tidak hanya mengubah panorama keislaman di Indonesia melalui pendirian Nahdlatul Ulama, tetapi juga meninggalkan warisan pemikiran yang mendalam dan relevan. Fondasi kritis yang beliau berikan dalam mempertahankan nilai-nilai keislaman tradisional sambil beradaptasi dengan dinamika zaman, menjadikannya salah satu pemikir dan pemimpin keagamaan yang paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia modern.

 

Sebagai penutup, pemikiran KH Hasyim Asy'ari tidak hanya membentuk Nahdlatul Ulama sebagai sebuah organisasi keagamaan yang kokoh, tetapi juga mengilhami gerakan Islam moderat yang berakar kuat di Indonesia. Visi beliau untuk mempertahankan nilai-nilai Islam yang sejati sambil mengadaptasi kebutuhan zaman, memberikan fondasi yang teguh bagi perjalanan panjang NU dalam membangun umat dan bangsa. Dengan warisan pemikiran yang menjangkau generasi, KH Hasyim Asy'ari tetap menjadi sumber inspirasi dalam upaya membangun masyarakat yang adil, berdikari, dan berlandaskan nilai-nilai keislaman yang universal.

 

- Rektor Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) Temanggung

 

Bagikan :

Tambahkan Komentar