Oleh Khamim Saifuddin

Dosen dan Wakil Rektor II Institut Islam Nahdlatul Ulama Temanggung

“Seorang terpelajar harus bersikap adil sejak dalam pikiran, apalagi perbuatan” 
- Pramoedya Ananta Toer -


Kerangka Konseptual 

Antropologi secara terminologis (bahasa) berasal dari kata anthropos = manusia, dan logos = ilmu, oleh karenanya antropologi merupakan suatu ilmu yang jangkauan pembahasannya membicarakan seputar manusia seperti perilaku (behavior), kebudayaan (culture), agama/kepercayaan (religion), bentuk fisik masyarakat (Suku dan ras), bahasa dan aspek-aspek materian maupun non-material lainnya dari manusia. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Secara garis besar Antropologi bisa dibagi menjadi dua macam yaitu antropologi fisik, yang obyek kajiannya berupa manusia sebagai organisme biologis dan antropologi budaya, yang obyek kajiannya terkait manusia sebagai makhluk sosial (ber)budaya. 

Sementara itu, kampus sebagai lingkungan akademis terdiri dari berbagai “warna kehidupan”, ada yang berperan sebagai dosen, mahasiswa, karyawan/pegawai. Peran yang paling penting dan merupakan ciri utama universitas (kampus) adalah dosen dan mahasiswa yang merepresentasikan adanya hubungan saling bertukar informasi atau pengetahuan. Sebagaimana mahasiswa secara umum, para dosen pun sejatinya memiliki karakteristik yang jika dipandang dengan kacamata antropologi memiliki beragam karakter dalam menjalankan perannya itu. 

Mahasiswa sendiri, sebagai kelompok atau golongan yang berjuang untuk mencapai tujuan masing-masing, sangat menarik menjadi pembahasan, selain adanya proses mencari (search) dan ‘menjadi’ (become), ada pula peran-perannya yang sangat penting dan potensial bagi sekelompok orang. Jika pembicaraan mengenai mahasiswa dirangkum dalam sebuah forum, maka diskusi akan berlangsung panjang, mulai dari definisi hingga konsep tujuan. 

Dalam pembahasan mengenai materi antropologi kampus, kita perlu menyesuaikan kondisi manusia dimana kacamata antropologi ini digunakan untuk melihat dan mengenali seluk-beluk manusia. Dalam hal ini tentu sala dalam lingkungan kampus, dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran informasi dan kegiatan sosial akademis guna tercapainya tujuan-tujuan yang menjadi motivasi masing-masing. Antropologi kampus pada dasarnya berusaha menjelaskan bagaimana kehidupan (manusia) dalam lingkungan kampus, utamanya mahasiswa sebagai pemeran utama disana. Secara sistematis, pembahasan akan dimulai dengan membangun kerangka apa itu mahasiswa (Karakteristik dan Paradigma), Kenapa mahasiswa harus ada (Tujuan, Peran, Sikap/perilaku), Efek atas keberadaan mahasiswa (Kebudayaan, Lingkungan), Eksistensi Mahasiswa (Ilmu Pengetahuan (Apa manfaat eksistensi mahasiswa di tengah Masyarakat dan Simbol)


Mahasiswa Kini, Mahasiswa Kuno 

Membincang dunia mahasiswa kini, biasanya tidak lepas dari upaya membandingkan realitas kehidupan mahasiswa pada zaman atau periode sebelumnya. Jika hadir pertanyaan, apakah ada perubahan dalam dunia mahasiswa dari setiap periode/generasi? Tentu saja ada. Toh perubahan terjadi seiring dengan berjalannya waktu, apalagi sistem sosial yang saat ini telah dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang kian baru, berkembang dengan pesat.

Memperdebatkan kondisi atau realitas mahasiswa di setiap generasi untuk menetapkan generasi mahasiswa mana yang paling unggul, tentu merupakan sebuah perdebatan kusir, mahasiswa membentuk karakteristik masing-masing untuk setiap generasi, belum lagi jika diperhatikan bahwa dalam satu generasi terdapat begitu banyak dinamika dan karakter mahasiswa yang heterogen. 

Oleh karena itu, hal kekal (berlaku untuk setiap generasi) dari mahasiswa hanyalah definisi, dan konsep individual yang memotivasi seseorang untuk menjadi mahasiswa. Selain itu, karena mahasiswa belajar, mendalam ilmu pengetahuan, maka tentu saja ada tanggung jawab bijak yang diembannya, sebagaimana peran atau fungsi ilmu pengetahuan dalam kehidupan kita. Lebih lanjut, bagian ini akan secara rinci jika diadakan diskusi mengenasi konsep mahasiswa dan ilmu pengetahuan, untuk memahami bagaimana seorang manusia yang menjadi mahasiswa. 


Gaya Hidup Mahasiswa

Membicarakan gaya hidup, secara umum kita mengenal beberapa istilah untuk dikenakan (menggolongkan) mahasiswa dalam beberapa kategori: 

Hedonis, yakni mahasiswa yang hidup dengan mengikuti perkembangan zaman, up to date, gaul dan populer, namun usaha mengikuti perkembangan zaman tidak dibarenge dengan kesadaran bahwa perkembangan zaman bersifat absurd yakni menawarkan kesenangan tanpa manfaat. Bersinggungan dengan label hedoni ini, kita mengenal istilah borjuis, yaitu golongan kaya dengan kehidupan mewah yang membangun tembok besar dengan orang-orang proletar dan anti borjuasi, golongan ini biasanya bersikap apatis terhadap realitas sosial-politik. 

Akademis, golongan mahasiswa yang memanfaatkan status kemahasiswaannya sebagai waktu untuk menuntut ilmu.

Aktivis, Label ini biasanya disematkan pada mahasiswa yang ikut dan aktiv pada oraganisasi, baik intra maupun ekstra (namun lebih cenderung pada organisasi ekstra). Banyak anggapan negatif yang akhirnya dikonsumsi sendiri oleh para aktivis bahwa, dengan aktif di organisasi, maka kuliah dapat berantakan, sementara organisasi dianggap sebagai tempat mebuang waktu semata. Sayangnya, pendapat ini datang dari orang-orang yang kurang mengecap dan memahami manfaat berorganisasi. 
Apatis, yakni sikap acuh tak acuh, tak mau tahu tentang kondisi sosial dan politik, sebagaimana disampaikan sebelumnya, hidup hedonis dan borjuis mengarah pada sikap ini, walaupun tidak semuanya. 

Humoris, yakni mahasiswa yang memanfaatkan status mahasiswanya sebagai masa liburan, mendapatkan kebebasan dari perhatian orang tua. Biasanya mahasiswa ini memanfaatkan waktu dengan kegiatan suka-suka (sebenarnya bersifat candu), salah satu contoh ril misalnya adalah game. 

 

Perubahan-perubahan Behavioral Mahasiswa 

Dalam ilmu antropologi, terdapat beberapa pola perubahan perilaku manusia yakni sebagai berikut; Akulturasi, adalah suatu proses sosial yang timbul dimana suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu yang mereka miliki dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing. Sehingga kebudayaan asing itu lambat laun akan diterima/diresap dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan asli dari kelompok itu sendiri.

Dalam perkembangannya, proses akulturasi mengalami pemutakhiran metode yang awalnya suatu kebudayaan dipaksakan untuk dilaksanakan oleh suatu kelompok budaya/masyarakat tertentu (kolonialisasi) hingga saat ini, akulturasi berlangsung semakin halus yaitu dengan hegemoni kebudayaan melalui media massay dengan membangun persepsi superioritas, menggiring minat, dll. 

Asimilasi, adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan campuran. Biasanya golongan yang ikut dalam suatu proses asimilasi dalah suatu golongan mayoritas dan beberapa golongan minoritas. Biasanya golongan minoritas inilah yang mengubah sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan dan menyesuaikannya dengan kebudayaan golongan mayoritas secara sedemikian rupa sehingga lambat laun kehilangan kebudayaannya, dan masuk kedalam kebudayaan mayoritas ( Koentjaraningrat, 1979:255). Suatu asimilasi ditandai oleh usaha-usaha mengurangi perbedaan antara golongan atau kelompok. Untuk mengurangi perbedaan itu, asimilasi meliputi usaha-usaha mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan memperhatikan kepentingan serta tujuan bersama.

Difusi, adalah salah satu bentuk penyebaran antau bergeraknya unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lainnya. Dimana penyebaran unsur-unsur kebudayaan biasanya dibawa oleh sekelompok manusia dari suatu kebudayaan yang melakukan migrasi ke suatu tempat. 

Evolusi merupakan perubahan yang dialami suatu masyarakat yang biasanya berkembang dari tingkat sederhana ke tingkat yang lebih kompleks. Dimana perubahan ini terjadi dalam waktu yang lama dan melalui beberapa tahap-tahapan. Dalam konteks pembahasan antropologi kampus, adanya suatu evolusi dipengaruhi oleh kebijakan kampus, pengalihan wacana atau pengalihan pemahaman, misalahnya awalnya mahasiswa menganggap dirinya berperan sebagai pelopor perubahan bangsa namun pelan-pelan pemahaman tersebut dialihkan bahwa mahasiswa berperan sebagai seseorang yang harus belajar dan mendapatkan prestasi. 

Pembaruan Atau Inovasi secara material/fisik, pembaruan atau inovasi yang dimaksu adalah penemuan (discovery) sebagai dampak dari berkembangnya pola pikir manusia dan adanya bantuan teknologi. Namun secara sosial, adanya pembaruan terjadi karena adanya evaluasi atas kehidupan, dimana timbul pengetahuan/pemikiran baru. Dalam dunia kemahasiswaan hal ini bisa berupa berubahnya arah atau tujuan perjuangan kelompok mahasiswa, hadirnya berbagai kelompok atau komunitas yang mengusung ide maupun ciri khas yang berbeda, dll. 

Melihat hakekat perubahan dalam mahasiswa sudah seharusnya menjadi kebutuhan hakiki mahasiswa untuk berubah. Keniscayaan ini menjadi tantangan sekaligus peluang untuk memperkaya citra diri dalam Masyarakat karena tuntutan kedepan mahasiswa menjadi estafet kehidupan peradaban umat manusia ke depan.

Bagikan :

Tambahkan Komentar