Temanggung, TABAYUNA.com - Dalam rangka menindaklanjuti Seminar Nasional bertajuk “Peran Perguruan Tinggi dalam Meneguhkan Temanggung sebagai Kota Budaya” pada Senin 13 November 2023 lalu yang diisi oleh narasumber Ketua Lesbumi PBNU KH Jadul Maula, Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) Temanggung menggelar kegiatan lanjutkan untuk meneguhkan Kabupaten Temanggung sebagai Kota Budaya dengan menghadirkan Kepala Makara Art Center Universitas Indonesia (UI), Dr Ngatawi Al Zastrow, pada Sabtu (23/12/2023).
Acara dimulai dengan pembukaan, sambutan Ketua BPP INISNU Temanggung Drs. KH. Nur Makhsun, M.S.I., sambutan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Temanggung Hendra Sumaryana, S.Sos., MT., dan diskusi yang dimoderatori anggota DPRD Temanggung Ahmad Syarif Yahya, dan dihadiri puluhan peserta di aula lantai 3 INISNU Temanggung.
Hadir juga Rektor INISNU Dr. H. Muh. Baehaqi, Wakil Rektor I INISNU Hamidulloh Ibda, Wakil Rektor III INISNU Moh. Syafi', Kepala Pusat Kajian Kebudayaan dan Kebijakan Publik (PK3P) INISNU Dr. Joni MN, M.Pd.B.I., Ketua PC Ansor Temanggung Sukron Wahid, Dewan Kesenian Temanggung, Lesbumi Temanggung, mahasiswa dan tamu undangan lainnya.
Ketua BPP INISNU Temanggung Drs. KH. Nur Makhsun mengatakan bahwa forum tersebut menjadi momentum untuk mendapatkan pencerahan. "Hari ini kita akan mendapatkan pencerahan dari Kang Ngatawi Al-Zastrow tentang peran perguruan tinggi dalam menenguhkan Temanggung sebagai kota budaya," katanya.
"Kami ini berperan dalam dinamika dan memajukan budaya dan pariwisata. Semoga kegiatan ini melahirkan peta jalan agar terwujud Temanggung sebagai Kota Budaya yang diakui secara nasional," bebernya.
Rektor INISNU Dr. H. Muh. Baehaqi mengatakan bahwa kegiatan tersebut merupakan tindak lanjut dari kegiatan sebelumnya. "Kita melanjutkan dari kegiatan yang sudah terlaksana bersama KH. Jadul Maula, bahwa Temanggung akan menjadi Kota Budaya. Di INISNU Temanggung sudah kita bentuk pula Pusat Kajian Kebudayaan dan Kebijakan Publik (PK3P) INISNU yang dipimpin Dr. Joni MN. Semoga ke depan bisa melahirkan karya yang mengover budaya benda, budaya tak benda, dan yang lain," katanya.
Sementara itu, Dr. Ngatawi Al-Zastrow mengatakan bahwa unsur kebudayaan selama ini masih salah dipahami karena berangkat dari paradigma dan literatur Barat, padahal unsur kebudayaan ada tiga yaitu etika, estetika dan logika. "Kebudayaan intinya ada tiga ini, etika, estetika dan logika. Wajib ada. Maka kita harus meluruskan pemahaman bahwa korupsi itu bukan budaya karena bertolak belakang dengan etika," tegas budayawan kelahiran Pati tersebut.
Pihaknya berharap agar Pusat Kajian Kebudayaan dan Kebijakan Publik (PK3P) yang dibentuk INISNU tidak berkiblat pada Barat. "Kebudayaan itu suatu adat, perilaku, kebiasaan masyarakat dan mengundang etika, estetika, dan logika. Makanya korupsi itu tidak termasuk budaya karena nir etika," tegas Kang Zastrow.
Kang Zastrow juga mengatakan bahwa paradigma Fikih Nusantara harusnya tiga yaitu ilmu, ngelmu, dan kawruh. "Kalau hanya ilmu itu hanya kognitif, materialistik, ini dikembangkan epistemologi Barat, yaitu rasional, material, positivistik. Maka harus dilengkapi denan Ngelmu yaitu sudah masuk ke kedalaman batin, dan dilengkapi dengan kawruh," tegasnya.
Pihaknya berharap, INISNU harus memerkuat basis paradigmatik, kerangka epistemologi yang basisnya secara spiritual. "Harusnya orang bangga jika disebut akademistik yaitu akademik dan mistik, daripada akademisi saja. Karena di Barat itu hanya akademisi saja yang diperkuat," tegasnya. (tb44).
Tambahkan Komentar