Yogyakarta, TABAYUNA.com – Melalui Webinar Nasional bertajuk "Strategi Publikasi Ilmiah Bidang Pendidikan Dasar di Jurnal Internasional Bereputasi" yang digelar Perkumpulan Dosen PGMI Indonesia Wilayah VIII Jawa Tengah - DIY pada Senin (26/2/2024) secara daring, dua narasumber membagikan tips menulis artikel ilmiah agar tembus jurnal internasional terindeks Scopus.
Acara tersebut dibuka oleh Dr. Atikah Syamsi, M.Pd.I., yang mewakili Ketua Umum PD PGMI Indonesia. Pihaknya berharap acara tersebut dimanfaatkan peserta untuk belajar tentang publikasi ilmiah. Pihaknya juga berharap, akan ada jurnal PGMI di Indonesia yang terindeks Scopus. Sementara Ketua PD PGMI Wilayah VIII Jateng-DIY yang diwakili Hj. Zulaikha, M.Ag., M.Pd., juga berharap agar para peserta turut aktif dalam penulisan ilmiah di jurnal internasional bereputasi. Kegiatan tersebut diikuti ratusan peserta dari unsur dosen, mahasiswa, guru, dan akademisi dari berbagai daerah.
Narasumber pertama, dosen PGMI IAINU Kebumen Siti Fatimah, M.Pd., menyampaikan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis naskah berkualitas. Pertama, topik riset yang solutif di bidang kajian. Kedua, metode riset yang tepat dan kompleks. Ketiga, memiliki novelty. Keempat, terjemahan dan proofread yang berstandar. Kelima, uji similaritas naskah. Keenam, pemilihan jurnal target yang tepat. Ketujuh, analisis jurnal target. Kedelapan, layout sesuai dengan jurnal target. Kesembilan, submit artikel.
"Sedangkan tips publikasi di jurnal internasional bereputasi yaitu rencanakan alur penulisan jurnal, menulis bersama tim, miliki referensi yang cukup, perhatikan tujuan dan ruang lingkup jurnal, dan hindari jurnal predator," beber dia.
Sementara itu, narasumber kedua, dosen Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) Temanggung Dr. Hamidulloh Ibda, M.Pd., berbagi strategi menulis artikel ilmiah agar diterima atau tembus di jurnal internasional bereputasi terindeks Scopus.
Pertama, naskah harus berkualitas. "Maksud berkualitas adalah dari sisi temuan yaitu artikel harus memiliki novelty, aneh, unik karena belum ada sama sekali, dampak keilmuan, dan berpotensi laku disitasi. Kualitas ini dari sisi konten, bahasa, metode jelas, rinci, dan kontemporer, gunakan tools terkini, referensi minimal 50, 90 persen artikel jurnal dan lengkap dengan URL, dan ingat jangan lupa menyitasi artikel karya editor in chief, reviewer, tulisan yang telah terbit di jurnal sasaran/jurnal jaringannya," beber pria kelahiran Pati tersebut.
Kedua, sesuaikan naskah dengan AG atau Author Guidelines, kaidah selingkung, template, dan tulislah sesuai kebutuhan/keinginan editor. "Kadang artikel ditolak itu karena tidak sesuai kebutuhan editor," beber Ibda yang merupakan reviewer pada 16 jurnal internasional terindeks Scopus tersebut.
Ketiga, kolaborasi. "Kolaborasi sangat penting. Karena kita bukan malaikat. Setidaknya kita bisa berkolaborasi dengan penulis asing lintas negara, dengan penulis pakar, penulis yang karyanya banyak, penulis yang h-index Scopus tinggi, dan kita kalau bisa menghindari penulis tunggal. Apalagi ada jurnal yang menyaratkan kolaborasi itu wajib bukan single author," beber Ketua Bidang Media, Hukum, dan Humas FKPT Jawa Tengah tersebut.
Keempat, gunakan penerjemah profesional, proofreader native/internasional. "Kita bisa berkolaborasi dengan penulis asing juga yang intinya membantu kemasan naskah agar bahasanya bagus. Selain hemat, ini juga membantu bahwa posisi kolaborasinya jelas," kata dia.
Kelima, lengkapi administrasi di OJS. "Administrasi yang dimaksud adalah kita melengkapi prakata saat mengirim. Kita perlu melengkapi juga metadata di OJS dengan isian lengkap, termasuk URL GS, WoS/Publons, Orcid dan lainnya, termasuk Supplementary File, dan dokumen similarity report di bawah 10 persen," imbuh dia.
Keenam, revisi cepat dan berkualitas. "Ketika sudah dapat notifikasi berupa editor decision, sebaiknya kita revisi secepatnya. Kalau saya biasanya sehari setelah mendapatkan email langsung saya submit," lanjut dia.
Ketujuh, pahami indikator penilaian reviewer. "Ini penting. Karena penilaian dan masukan reviewer ini menjadi pertimbangan dan dasar editor menerima atau menolak artikel kita meski sudah proses in review. Bukan berarti yang status papers kita in review itu jaminan accepted, bisa juga ditolak. Maka solusinya kita harus memahami aspek apa saja yang menjadi indikator penilaian reviewer. Jumlah reviewer bergantung jurnalnya, ada yang satu, bahkan saya pernah direview lima sampai tujuh orang lintas negara," paparnya.
Kedelapan, pilih jurnal yang volume terbitnya banyak. "Semakin banyak edisi dan volume terbitan, semakin potensial artikel kita diterima karena mereka membutuhkan naskah. Tapi harus dipastikan jurnalnya aman, tidak predator, tidak discontinued atau potensi discontinued dari Scopus," tegas doktor Pendidikan Dasar UNY tersebut.
Kesembilan, istikamah, sabar dan pasrah. "Menulis artikel di jurnal Scopus itu membutuhkan konsisten, sabar dan memasrahkan semua kepada Tuhan setelah kita berusaha maksimal. Kan semua bergantung kehendak Allah to. Kadang agak gaib juga. Tapi ingat, editor dan reviewer jurnal itu juga manusia. Asalkan kita menuruti apa masukan, saran, dan kebutuhan mereka, insyaallah dipermudah untuk accepted," imbuh Ibda. (*)
Tambahkan Komentar