Yogyakarta, TABAYUNA.com – Rois Saifuddin Zuhri, guru SD Muhammadiyah Condongcatur Sleman, Yogyakarta berhasil meraih gelar doktor pada Program Studi Doktor (S3) Pendidikan Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dalam ujian hasil disertasi (ujian tertutup) pada Jumat (6/12/2024) secara daring. Rois, dalam ujian tertutup tersebut berhasil mempertahankan disertasi berjudul “Pengembangan Model Problems Based Multiple Representation Learning (PBMRL) pada Pembelajaran IPA Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas V Di Sekolah Dasar” di hadapan Dewan Penguji yaitu Prof. Dr. Wuri Wuryandani, M.Pd. (Ketua/Penguji), Dr. Herwin, M.Pd. (Sekretaris/Penguji), Prof. Dr. Insih Wilujeng, M.Pd (Promotor 1/Penguji), Prof. Dr. Haryanto, M.Pd (Promotor 2/Penguji), Dr. Woro Sri Hastuti, M.Pd. (Penguji 2), dan Prof. Dr. Suryanti, M.Pd. (Penguji 1).
Capaian tersebut menjadi catatan perjalanan pria kelahiran Wonogiri tersebut,
karena ia tidak perlu melakukan ujian akhir disertasi (ujian terbuka) karena
berhasil mempublikasikan dua artikel di jurnal internasional terindeks Scopus
yaitu “Multiple Representation Approach in Elementary School Science Learning:
A Systematic Literature Review” terbit di International Journal of Learning,
Teaching and Educational Research Vol. 22 No. 3 (2023) dan Information
Communication Technologies Education In Elementary School: a Systematic
Literature Review terbit di Journal of Education and Learning (EduLearn), Vol
18, No 3 2024.
Permasalahan di lapangan, kata Rois, adalah ditemukan kemampuan berpikir kritis
siswa masih rendah dan sering kali terbatas pada penghafalan tanpa pemahaman
mendalam. “Solusi yang saya tawarkan secara akademis melalui temuan riset saya
ini adalah melalui model Problem Based Multiple Representation Learning (PBMRL)
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPA
dan membantu guru mengajarkan konsep-konsep abstrak dengan cara yang lebih
interaktif,” jelas dia.
Dalam temuan risetnya, Rois yang juga Pengajar Praktik Guru Penggerak BBGP DIY
itu mengembangkan model pembelajaran yaitu Problems Based Multiple Representation
Learning (PBMRL). “Model PBMRL ini dikembangkan dengan mengacu teori
konstruktivisme, discovery learning, John Dewey, dan pengkodean ganda. Adapun
sintak atau langkah-langkahnya adalah orientasi pada masalah, mengorganisasi
siswa, mengeksplorasi masalah secara individu dan kelompok, mengembangkan dan
menyajikan hasil secara representasi, dan menganalisis evaluasi. Di dalamnya,
ada tujuan dan sasaran. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
Sedangkan sasarannya siswa kelas V SD,” kata Rois yang juga Guru Pamong
dan Penguji UKIN Program Profesi Guru (PPG) UNY tersebut.
Dosen Praktisi Mengajar Program Kampus Merdeka di Universitas Sarjana Wiyata
Tamansiswa (UST) tersebut juga memaparkan, bahwa model PBMRL telah layak oleh
ahli dalam uji kelayakan. "Kelayakan model PBMRL ini diuji dalam kelayakan
buku model. Hasil analisis kesesuaian mencapai 100%, yang menunjukkan bahwa
setiap komponen dalam buku model telah sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Kedua, kelayakan panduan model. Ditemukan kelayakan yang mencapai 100%, panduan
model PBMRL ini juga dapat berfungsi sebagai acuan utama dalam upaya
meningkatkan kualitas pendidikan. Ketiga, kelayakan panduan penggunaan model
berdasarkan hasil uji kelayakan panduan penggunaan model, validator menilai
bahwa panduan ini berada dalam kategori layak dengan tingkat kesesuaian
mencapai 100% sesuai dengan data yang diperoleh di lapangan," kata dia.
Model PBMRL juga diuji keefektifan. "Analisis uji independent t-test
kelompok kontrol menunjukkan rata-rata (mean) sebesar 84.91 dengan deviasi
standar (Std. Deviation) sebesar 8.609, sedangkan kelompok eksperimen memiliki
rata-rata yang lebih tinggi, yaitu 89.50 dengan deviasi standar sebesar 6.521.
Selisih rata-rata antara kedua kelompok ini adalah 4.592 yang menunjukkan bahwa
kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran PBMRL yang dikembangkan
memiliki performa yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol,"
jelas Founder Ruang Siar Guru tersebut.
Salah satu kebaruan dari temuan riset tersebut, Rois menegaskan bahwa model
PBMRL memiliki keunggulan signifikan dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa kelas V SD dalam pembelajaran IPA. “Model pembelajaran PBMRL
mengintegrasikan model multiple representasi dengan metode kolaborasi, diskusi,
eksplorasi mandiri, dan model pemecahan masalah untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa kelas V SD pada pembelajaran IPA melalui sintaks model,
sistem sosial, dan dampak instruksional yang dikembangkan di dalamnya,” jelas
Asisten Bidang Examinaton Expert, Educational Quality Enhancement Program
(EQEP) tersebut.
Dijelaskan pula, bahwa karakteristik model pembelajaran PBMRL yaitu pendekatan
berbasis masalah, penggunaan representasi, kolaborasi dan diskusi, eksplorasi
mandiri, sintaks model, sistem sosial, dan dampak instruksional untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD pada pembelajaran IPA.
“PBMRL yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
dinyatakan layak berdasarkan uji validasi kelayakan instrumen model.
PBMRL yang dikembangkan terbukti efektif dalam membantu siswa
merepresentasikan kemampuan berpikir kritis berdasarkan hasil uji independent
t-test dan uji N-gain yang menunjukkan peningkatan signifikan. PBMRL yang
dikembangkan terbukti praktis digunakan menurut hasil respon guru, respon
siswa, dan peer viewer yang secara konsisten memberikan penilaian positif
terhadap kemudahan penerapannya,” papar dia.
Rois merupakan doktor FIPP ke 105 dan doktor Pendidikan Dasar ke 48. Rois lulus
dengan predikat Cumlaude dengan IPK 3.92 dengan nilai disertasi A (87.3) dengan
masa studi 41 bulan (3 tahun 5 bulan). Ia ditetapkan bisa lulus tanpa ujian
terbuka karena berhasil mempublikasikan dua artikel ilmiah di jurnal
internasional.
Pihaknya berharap, agar temuan dan novelty dari model PBMRL bisa diterapkan di
SD di wilayah Sleman dan umumnya di Yogyakarta karena sangat dibutuhkan oleh
siswa SD utamanya dalam mata pelajaran IPA yang mengharuskan siswa untuk
melakukan representasi ganda. (**)
Tambahkan Komentar