Semarang, TABAYUNA.com
– Ketua Lembaga Pendidikan Ma’arif NU PWNU Jawa Tengah Fakhrudin Karmani mengajak semua guru dan kepala sekolah/madrasah di bawah naungan Lembaga Pendidikan Ma’arif NU untuk inklusif dan memprioritaskan pendidikan inklusi.

“Tidak semua orang tua bisa mengakses sekolah berupa Sekolah Luar Biasa (SLB) dari sisi jarak, keuangan, dan waktu yang sudah diselenggarkan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Maka dari itu, Lembaga Pendidikan Ma'arif NU PWNU Jawa Tengah mengembangkan pendidikan inklusif melalui sekolah dan madrasah inklusif yang sudah kita mulai tahun 2018,” katanya saat membuka Pendidikan dan Pelatihan GLM Plus Part 8 Gerakan Pendidikan Inklusif Ma'arif yang digelar Tim Gerakan Literasi Ma’arif (GLM) Plus Lembaga Pendidikan Ma'arif NU PWNU Jawa Tengah, Selasa (17/12/2024).

Dijelaskannya, dari kesepuluh program unggulan pengurus LP. Ma'arif NU PWNU Jawa Tengah periode 2024-2029, kita mengangkat program penguatan pendidikan inklusif melalui peningkatan tata kelola kelembagaan. “Banyak pejabat yang saya temui, masih menolak pendidikan inklusif. Apa itu pendidikan inklusif? Nah ini masih banyak. Maka saya berharap jangan sampai ada sekolah dan madrasah inklusif menolak anak berkebutuhan khusus," beber dia.

Sementara itu, Koordinator Tim Gerakan Literasi Ma’arif (GLM) Plus Lembaga Pendidikan Ma'arif NU PWNU Jawa Tengah melaporkan bahwa GLM Plus sudah berjalan part 8 dan akan berakhir minggu depan pada part 9. “Secara umum tidak ada kendala. Pada part 7 sudah menjadi plus pada program GLM karena menghadirkan numerasi, dan hari ini adalah inklusi,” kata dia.

 

Narasumber Tim GLM Plus LP. Ma'arif NU PWNU Jawa Tengah As'adul Yusro, MH., dalam materinya “Standar Layanan Pendidikan Inklusi Madrasah-Sekolah Ma'arif NU” mengatakan bahwa Stadard Pelayanan Minimal Sekolah/Madrasah Ma’arif adalah aspek Aswaja (Aqidah, Fikroh, Amaliyah, Harokah) dan LISAN (lingkungan Inklusif, Sehat, Aman dan Nyaman).

Dijelaskannya, bahwa lingkungan inklusif adalah lingkungan yang terbuka, menerima perbedaan, dan menghargai keragaman. “Lingkungan inklusif dapat mencakup lingkungan fisik dan nonfisik di lingkungan pendidikan dan masyarakat sekitar satuan pendidikan,” kata dia.

Sementara itu, Ketua Forum Pendidik Madrasah Inklusi (FPMI) Pusat Supriyono, M.Pd.I, mengatakan bahwa pendidikan inklusif  adalah suatu sistem pendidikan yang mencakup  semua peserta didik, dan menyambut serta  mendukung mereka untuk belajar, siapa pun mereka  dan apa pun kemampuan atau persyaratan mereka. “ Ini berarti memastikan bahwa pengajaran dan  kurikulum, gedung sekolah, ruang kelas, area  bermain, transportasi, dan toilet sesuai untuk semua  anak di semua tingkatan. Pendidikan inklusif berarti  semua peserta didik belajar bersama di sekolah yang  sama,” kata dia dalam materi bertajuk “Manajamen Pengelolaan Pendidikan Inklusi Madrasah-Sekolah Ma'arif NU”.

Dijelaskannya, bahwa strategi implementasi pendidikan inklusif di Ma’arif NU ada dua, yaitu mainstreaming dan modelling. “Mainstreaming itu adalah standar pelayanan pendidikan Ma’arif NU Jawa Tengah yang harus memenuhi syarat di Sisdiknu, karakter Aswaja Annahdliyah, dan ekosistem  pendidikan Aswaja Annahdliyah inklusif (Sehat, Aman, Ramah  Disabilitas),” kata dia.

Sementara Piloting-Modelling, katanya, adalah ,menjadi keunggulan Sekolah/Madrasah (kabupaten/kota) dengan syarat manajemen, kurikulum dan pembelajaran, dan layanan kebutuhan khusus. Dijelaskan pula, bahwa model sekolah/madrasah berkeunggulan inklusif harus memenuhi aspek manajemen mengacu delapan standar nasional pendidikan yang inklusif, kurikulum dan pembelajarna mengacu IAP, PPI, Kurikulum Adaptif, dan pembelajaran inklusif, dan layanan kebutuhan khusus. (*)

 

Bagikan :
Selanjutya
This is the most recent post.
Sebelumnya
Posting Lama

Tambahkan Komentar